Pada tanggal 13 dan 14 Desember 2024, tim dari Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada (DTK SV UGM) melaksanakan kegiatan pengukuran patok batas desa di Desa Randuacir, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Dana Padanan Vokasi 2024 yang berfokus pada penggunaan teknologi dalam negeri, yaitu perangkat GNSS (Global Navigation Satellite System) TGS GNSS EQ01 buatan mitra TechnoGIS Indonesia dan aplikasi PRESISI, dalam percepatan pemetaan desa secara mandiri.
Pemetaan batas desa adalah langkah penting untuk mendukung tata kelola wilayah yang baik serta pembangunan berkelanjutan. Dalam banyak kasus, batas wilayah desa belum ditetapkan secara jelas, sehingga menimbulkan potensi konflik antar desa terkait klaim wilayah. Dengan menggunakan teknologi RTK (Real-Time Kinematic) melalui GNSS, pengukuran batas wilayah dapat dilakukan dengan akurasi tinggi, sehingga desa dapat mengelola sumber daya alam dan administrasi pemerintahan secara lebih efektif.
Dalam kegiatan ini, tim DTK SV UGM dan mitra TechnoGIS Indonesia melakukan pengukuran terhadap alat TGS GNSS EQ01 buatan TechnoGIS Indonesia, yang merupakan salah satu perangkat berbasis RTK yang dirancang untuk kebutuhan pemetaan desa. Pengujian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi perangkat dalam lingkungan nyata dan memastikan aplikasi PRESISI dapat berjalan dengan baik dalam mendukung proses pemetaan batas desa dan sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan.
Kegiatan survei dimulai pada Jumat, 13 Desember 2024, dengan melakukan perjalanan darat dari Yogyakarta menuju Salatiga. Setelah tiba di Desa Randuacir, tim berkoordinasi dengan perangkat desa setempat untuk mempersiapkan pelaksanaan pengukuran yang akan dilakukan keesokan harinya. Pada Sabtu, 14 Desember 2024, tim melanjutkan dengan survei dan pengukuran patok batas desa menggunakan metode NTRIP untuk memperoleh data real-time dan form pengukuran batas melalui aplikasi PRESISI.
Pengukuran ini menghasilkan empat patok batas desa yang berhasil diukur dengan tingkat akurasi tinggi. Data yang diperoleh selanjutnya akan diproses dan digunakan sebagai pembanding dengan batas wilayah yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, data ini juga akan mendukung administrasi desa serta mendukung percepatan program pemetaan desa secara mandiri.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk melakukan pengukuran teknis, tetapi juga memberikan pemahaman kepada perangkat desa tentang pentingnya penggunaan teknologi GNSS dan aplikasi PRESISI. Desa Randuacir diharapkan menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengadopsi teknologi modern guna meningkatkan kemandirian dalam mengelola wilayahnya.
Program ini juga didukung oleh berbagai pihak, termasuk perangkat desa Randuacir, TechnoGIS Indonesia, dan Lurah setempat. Dukungan yang diberikan oleh semua pihak berperan penting dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan, sekaligus menunjukkan kolaborasi yang baik antara akademisi, pemerintah desa, dan industri dalam memanfaatkan teknologi geospasial untuk kepentingan pembangunan wilayah.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, diharapkan percepatan pemetaan desa menggunakan perangkat teknologi dalam negeri dapat semakin dikembangkan dan diadopsi oleh berbagai desa di Indonesia, demi tercapainya pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.