Jumat, 7 November 2025 — Program Studi Sarjana Terapan Sistem Informasi Geografis (SIG) Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (DTK SV UGM) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) ke-4 dalam rangka penyusunan dan penyelarasan kurikulum Program Studi Sarjana Terapan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan penandatanganan kerja sama antara Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan PT Techno GIS Indonesia. Kegiatan ini berlangsung di Indoluxe Hotel Yogyakarta dan menghadirkan narasumber utama Prof. Dr.rer.nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc., Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG).
Acara diawali dengan dua sesi penyerahan dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dan Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai upaya memperkuat hubungan kelembagaan dalam pengembangan kompetensi geospasial nasional. Selanjutnya, dilakukan penyerahan dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada dan PT Techno GIS Indonesia sebagai bentuk kolaborasi strategis antara perguruan tinggi dan industri geospasial. Penyerahan dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS) dilakukan oleh Dr. Endang Soelistyowati, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kerja Sama dan Alumni SV UGM kepada Prof. Dr.rer.nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc., selaku Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), serta kepada Ir. Sarono, S.Si., M.Eng. selaku CEO dan Direktur PT Techno GIS Indonesia. Kerja sama ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam mewujudkan sinergi antara dunia akademik dan dunia industri guna mendukung pengembangan pendidikan vokasi yang relevan, adaptif, dan berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.
Usai penyerahan dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS), acara dilanjutkan dengan paparan oleh Prof. Dr.rer.nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc. selaku Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), yang menjadi narasumber utama dalam FGD ini. Beliau menegaskan pentingnya peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang informasi geospasial seiring dengan percepatan transformasi digital nasional. Beliau menyampaikan bahwa kebutuhan terhadap peta dasar kini telah mencapai skala detil hingga 1:5.000 bahkan 1:1.000, menunjukkan semakin tingginya tuntutan terhadap data geospasial yang akurat, terintegrasi, dan mudah diakses.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa Rencana Strategis (Renstra) BIG 2025–2029 menekankan penguatan SDM bidang geospasial baik dari sisi jumlah, kapasitas, maupun kualitas. Berdasarkan PP No. 45 Tahun 2021, setiap individu yang terlibat dalam penyelenggaraan informasi geospasial wajib memiliki kualifikasi profesional yang terverifikasi. Oleh karena itu, sertifikasi kompetensi bagi lulusan menjadi kebutuhan prioritas untuk menjawab tantangan tenaga kerja bersertifikat di bidang geospasial. Oleh karena itu, pendidikan vokasi berperan penting dalam mencetak tenaga geospasial bersertifikat dan berdaya saing global yang mampu mendukung implementasi berbagai target SDGs, terutama SDG 4 (Pendidikan Bermutu) dan SDG 9 (Infrastruktur, Industri, dan Inovasi).
Dalam konteks pembaruan kurikulum, Prof. Aris menyampaikan sejumlah usulan penguatan area kompetensi bagi pendidikan vokasi. Di antaranya, integrasi data real-time berbasis cloud melalui IoT, penambahan modul GeoAI seperti Machine Learning for Spatial Data Science dan Digital Twins, penggunaan UAV dan LIDAR berbasis open-source, serta penguatan kemampuan Python for GIS, API Development, dan WebGIS Deployment. Ia juga menekankan pentingnya penguatan geo-entrepreneurship melalui pembelajaran berbasis proyek industri dan startup geospasial. Selain itu, beliau mendorong implementasi pendukung seperti magang dan sertifikasi, laboratorium cerdas geospasial, serta kelas kolaborasi nasional. Ketiga inisiatif tersebut diharapkan dapat melahirkan SDM vokasi yang siap kerja, adaptif, dan inovatif.
Prof. Aris juga menyampaikan bahwa kurikulum SIG perlu diarahkan untuk mendukung peningkatan Indeks Modal Manusia Indonesia menjadi 0,73 pada tahun 2045, sejalan dengan upaya nasional membangun generasi unggul di bidang teknologi dan inovasi. “Kurikulum yang adaptif dan kolaboratif akan melahirkan SDM geospasial unggul yang siap membangun bangsa,” ujarnya.
Melalui kegiatan FGD ini, diharapkan terbangun sinergi antara dunia akademik, lembaga pemerintah, dan industri dalam memperkuat kurikulum SIG berbasis kebutuhan nasional dan perkembangan teknologi terkini serta memperkuat komitmennya dalam mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja (link and match) serta mendukung pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals). FGD ini menjadi langkah penting dalam mewujudkan pendidikan vokasi geospasial yang relevan, inovatif, dan berdaya saing global.